Oleh: Zamzam Muhammad Fuad
Tulisan ini hendak mencari
tau dan menawarkan solusi, mengapa gerakan mahasiswa (GM), khususnya di
Purwokerto, belum dapat disebut sebagai kekuatan politik yang diperhitungkan
oleh para pejabat pengampu kebijakan, masyarakat, dan kelompoknya sendiri.
Aksi turun jalan yang
membawa tuntutan kepada pemerintah dan legislator sering hanya berakhir di
depan gerbang pintu masuk gedung parlemen. Tuntutan mahasiswa diterima saja,
namun jarang sekali tuntutan itu terealisasikan. Ini menandakan bahwa GM belum
menjadi kekuatan politik yang cukup diperhitungkan. Selain itu, jarang sekali
masyarakat yang secara spontan mau ikut dalam “rally” demonstrasi, kecuali
sebelumnya memang ada kelompok masyarakat yang memang sudah bersepakat mau
ambil bagian. Ini mengindikasikan masih lemahnya kekuatan GM di depan
masyarakat, dan lemahnya GM dalam menyebarkan propaganda. Di lain sisi, GM juga
ternyata belum ditanggapi oleh masyarakat kampus sebagai kekuatan yang populer
sekaligus signifikan. Contoh paling nyata adalah semakin sulitnya organisasi GM
dalam menjaring anggota baru. Mengapa bisa demikian?