From: Zamzam
Assalamualaikum wr.wb.
Pada awalnya adalah tulisan bapak pada buku 100 tahun bung hatta. Dari situlah aku –meminjam ekspresi anak muda– "ngefans" dengan pemikiran bapak. Dari situ pula aku berniat menelusuri tulisan-tulisan bapak.
Niatan ini langsung berbuah ingatan pada sebuah buku.
Aku teringat, saat itu sambil bergumam "kalau tidak salah", buku berjudul masyarakat warga suntingan daniel dhakidae di dalamnya juga terdapat tulisan bapak. Maka kubuka kembali buku itu. Dan benar, ada tulisan bapak berjudul "dua jalan lurus".
Dahulu, aku pernah menggunakan buku tersebut sebagai referensi mengerjakan tugas. Namun tenagaku untuk melahap semua tulisan dalam buku itu terhenti pada tulisan daniel dhakidae. Sehingga, tulisan "2 jalan lurus" belum terbaca lantaran berada di bagian tengah belakang. Tapi entah karena jodoh atau apa, nama Mochtar Pabottingi pada daftar isi masuk dalam ingatan memori. Dan hal ini tak kusesalkan sebab di kemudian hari ingatan daftar isi ini membantuku dalam menelusuri tulisan-tulisan bapak.
Sengaja aku ketik nama "mochtar pabottingi" pada kolom search di facebook. Pencarian tokoh akademisi favoritku semacam ini juga kulakukan pada Sri Edi Swasono, Yudi Latif, Daniel Dhakidae, dsb. Sayang sekali, tidak semua memiliki akun facebook. Oleh karena itu, betapa gembira ktika kutemukan "mochtar pabottingi" memiliki akun pada jejaring sosial ini. Meskipun tidak bisa aku "add", karena pertemenan bapak sudah penuh, aku masih beruntung bisa melihat wall post bapak yang sangat bermutu.
Dari facebook itulah aku menemukan informasi tentang “Burung-Burung Cakrawala”. Selang 2 jam kemudian, aku sudah berada di Gramedia untuk membeli buku tersebut. Dalam sejarah membeli buku, mungkin buku inilah yang termahal. Sebab, dalam perjalan menuju Gramedia itu ditilang polisi karena melanggar marka jalan raya.
Selama 4 hari aku tenggelam dalam Burung-Burung Cakrawala. Agak lama karena aku juga mesti membaca buku-buku kuliah. Selain itu juga karena memang sengaja membaca Burung-Burung Cakrawala secara tidak tergesa. Setelah habis Burung-Burung Cakrawala, semangat belajarku terpompa berlipat-lipat.
Aku suka membaca biografi. Biografi Soekarno, Hatta, Arief Budiman, Deliar Noer, dll, pernah kubaca. Dan tidak jarang kubaca ulang saat semangat belajarku turun, entah karena tidak ada uang dikantong atau kalah oleh perasaan rindu pada pacarku yang terkadang sedemikian menggebunya dan kelewat memuncak hingga batas klimaks, atau sebab-musabab yang lain. Membaca biografi membangkitkan semangat belajarku. Dengan tidak mengecilkan buku biografi yang sudah ada, burung-burung cakrawala adalah yang paling kugemari.
Dari burung-burung cakrawala itulah aku mendapatkan informasi tentang tulisan-tulisan bapak yang lain yakni "visi tradisi dan hegemoni anti islam" dan "intelektual pemimpin" pada majalah Prisma. Aku harus membacanya. Esok paginya aku melenggang menuju perpustakaan pusat ugm, namun tulisan bapak yang kumaksud tidak tersedia di sana. Beruntung perpustakaan Ignatius menyimpan dan merawat buku dan tulisan bapak secara baik. Lembar demi lembar kulahap habis disana.
Di "blog" seseorang, aku juga menemukan setidaknya 2 tulisan bapak di media massa. Pertama terkait dengan pentingnya membaca alquran. Kedua, tentang negara tanpa moralitas. Menariknya, tulisan tentang alquran tersebut kubaca saat aku mengalamai kegersangan spritiual. Sedangkan sehari setelah kubaca tulisan bapak tentang negara tanpa moralitas, aku masuk dalam lingkaran diskusi yang mengkaji tentang negara, hukum, dan moralitas. Tentu saja tulisan bapak itu banyak kujadikan referensi dalam berdiskusi. Sungguh kebetulan yang mencerahkan!
Dengan tulisan yang sangat singkat ini, aku ingin mengucapkan terimakasih atas pencerahan dan motivasi untuk selalu belajar. Dari bapak, aku terinspirasi akan sosok akademisi yang berwawasan luas, kedalaman analisis dan berdedikasi.
Maafkan bila dalam menyebut buku-buku atau judul-judul tulisan bapak tidak pas atau lengkap. Sebab, ketika menulis ini aku tidak sedang bersebelahan dengan rak buku (pribadi maupun perpustakaan). Selain itu, daya ingat yang lemah ini juga bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.
Akhirnya, terimakasih pada bapak yang berkenan membaca coretan ini di tengah tumpukan kesibukan bapak. Mudah-mudahan bapak selalu diberi kekuatan fisik dan pikiran yang "prima" untuk terus berkarya.
Zamzam Muhammad Fuad
Wassalamualaikum wr.wb
From: Mochtar Pabottingi
Dear Bung Zamzam! Sungguh terimakasih tulus atas apresiasi yang Bung berikan kini dan selama ini. Itu semua saya terima sebagai rangkaian doa, yang semoga berbalik berlipat ganda kepada Bung.
Insya Allah paling lama dalam seminggu Bung akan saya masukkan ke dalam daftar teman-teman di Fesbuk. Biasanya selalu ada yang lepas atau tak lagi aktif. Terimakasih banyak atas doanya. Teriring salam hangat!
No comments:
Post a Comment