
Seorang profesor antropologi dari Malaysia pernah mengatakan bahwa fakta sosial yang tidak dapat dimungkiri dari masyarakat Asia Tenggara adalah kemajemukan. (Baharudin, 1997) Dari pendapat tersebut kita dapat membayangkan bahwa Asia Tenggara, apalagi Indonesia, sejak lama dihuni oleh beragam kelompok identitas yang berbeda. Namun demikian, argumentasi yang membayangkan adanya otentisitas identitas antara satu kelompok identitas dengan kelompok identitas lainnya merupakan sebuah argumentasi sangat mungkin untuk dipersoalkan. Pasalnya, 1) selalu terdapat interaksi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. 2) dalam interaksi tersebut, hubungan saling mempengaruhi antar satu kelompok dengan kelompok lainnya sangatlah sulit dihindari. 3) oleh karena itu, usaha untuk menjadi benar-benar berbeda dan usaha untuk menjadi benar-benar sama menyimpan watak politis.